Senin, 12 November 2012

Era Reformasi (1998)


Latar belakang
Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.
Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Yang sudah diketahui bahwa persoalan social dan politik muncul di Indonesia setelah Orde Baru tumbang.  Maka dari itu pembaharuan di berbagai bidang terus diupayakan untuk memulihkan keadaan bangsa ini.
Awal masa era reformasi yaitu pada massa presiden Soeharto, dimana pada saat itu sangat kacau, sebabnya pemerintahannya lenser seiringgan dengan memundurkan diri menjadi presiden pada saat itu. Hal ini berarkibatkan banya kejadian-kejadian yang sengat menyedihkan sebab semuanya mengalami kerugian yang amat mendalam pada saat terjadinya reformasi secara besar-besaran yang terjadi pada tahun 1998.
Krisis ekonomi dan Kerusuhan Mei 1998
  • 22 Januari 1998
    • Rupiah tembus 17.000,- per dolar AS, IMF tidak menunjukkan rencana bantuannya.
  • 12 Februari
  • 5 Maret
  • 15 April
    • Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena sepanjang bulan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan berunjuk rasa menuntut dilakukannya reformasi politik
  • 2 Mei
    • Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang (1998).
    • Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak dengan demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi disikapi dengan represif oleh aparat. Di beberapa kampus terjadi bentrokan.
  • 4 Mei
    • Harga BBM melonjak tajam hingga 71%, disusul tiga hari kerusuhan di Medan dengan korban sedikitnya 6 meninggal.
  • 12 Mei
  • 13 Mei
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/b/b6/Ratuluwes.jpg/220px-Ratuluwes.jpg
*Mal Ratu Luwes di Jl. S. Parman termasuk salah satu yang dibakar di Solo
    • Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta. kerusuhan juga terjadi di kota Solo.
    • Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Sebelumnya, dalam pertemuan tatap muka dengan masyarakat Indonesia di Kairo, Soeharto menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
    • Etnis Tionghoa mulai eksodus meninggalkan Indonesia.
  • 14 Mei
    • Demonstrasi terus bertambah besar hampir di semua kota di Indonesia, demonstran mengepung dan menduduki gedung-gedung DPRD di daerah.
    • Soeharto, seperti dikutip koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat menginginkan. Ia mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo.
    • Kerusuhan di Jakarta berlanjut, ratusan orang meninggal dunia akibat kebakaran yang terjadi selama kerusuhan terjadi.
  • 15 Mei
    • Selesai mengikuti KTT G-15, tanggal 15 Mei l998, Presiden Soeharto kembali ke tanah air dan mendarat di lapangan Bandar Udara Halim Perdanakusuma di Jakarta, subuh dini hari. Menjelang siang hari, Presiden Soeharto menerima Wakil Presiden B.J. Habibie dan sejumlah pejabat tinggi negara lainnya.
  • 17 Mei
    • Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya, Abdul Latief melakukan langkah mengejutkan pada Minggu, 17 Mei 1998. Ia mengajukan surat pengunduran diri kepada Presiden Soeharto dengan alasan masalah keluarga, terutama desakan anak-anaknya.
  • 18 Mei
    • Pukul 15.20 WIB, Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar, Harmoko di Gedung DPR, yang dipenuhi ribuan mahasiswa, dengan suara tegas menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua maupun para Wakil Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana. Harmoko saat itu didampingi seluruh Wakil Ketua DPR, yakni Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur, dan Fatimah Achmad.
    • Pukul 21.30 WIB, empat orang menko (Menteri Koordinator) diterima Presiden Soeharto di Cendana untuk melaporkan perkembangan. Mereka juga berniat menggunakan kesempatan itu untuk menyarankan agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan saja, bukan di-reshuffle. Tujuannya, agar mereka yang tidak terpilih lagi dalam kabinet reformasi tidak terlalu "malu". Namun, niat itu tampaknya sudah diketahui oleh Presiden Soeharto. Ia langsung mengatakan, "Urusan kabinet adalah urusan saya." Akibatnya, usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi disampaikan. Pembicaraan beralih pada soal-soal yang berkembang di masyarakat.
    • Pukul 23.00 WIB Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mengemukakan, ABRI menganggap pernyataan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan diri itu merupakan sikap dan pendapat individual, meskipun pernyataan itu disampaikan secara kolektif. Wiranto mengusulkan pembentukan "Dewan Reformasi".
    • Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ dan Forum Kota memasuki halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/d/dc/Reformasi98.jpg/220px-Reformasi98.jpg
Mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR
  • 19 Mei
    • Pukul 09.00-11.32 WIB, Presiden Soeharto bertemu ulama dan tokoh masyarakat, yakni Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama Abdurrahman Wahid, budayawan Emha Ainun Nadjib, Direktur Yayasan Paramadina Nucholish Madjid, Ketua Majelis Ulama Indonesia Ali Yafie, Prof Malik Fadjar (Muhammadiyah), Guru Besar Hukum Tata Negara dari Universitas Indonesia Yusril Ihza Mahendra, KH Cholil Baidowi (Muslimin Indonesia), Sumarsono (Muhammadiyah), serta Achmad Bagdja dan Ma'ruf Amin dari NU. Dalam pertemuan yang berlangsung selama hampir 2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit) itu para tokoh membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat dan mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur. Soeharto lalu mengajukan pembentukan Komite Reformasi
  • 20 Mei
    • Amien Rais membatalkan rencana demonstrasi besar-besaran di Monas, setelah 80.000 tentara bersiaga di kawasan Monas.
    • 500.000 orang berdemonstrasi di Yogyakarta, termasuk Sultan Hamengkubuwono X. Demonstrasi besar lainnya juga terjadi di Surakarta, Medan, Bandung.
    • Pukul 23.20 WIB, Yusril Ihza Mahendra bertemu dengan Amien Rais. Dalam pertemuan itu, Yusril menyampaikan bahwa Soeharto bersedia mundur dari jabatannya. kata-kata yang disampaikan oleh Yusril itu, "The old man most probably has resigned". Yusril juga menginformasikan bahwa pengumumannya akan dilakukan Soeharto 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB. Kabar itu lalu disampaikan juga kepada Nurcholish Madjid, Emha Ainun Najib, Utomo Danandjaya, Syafii Ma'arif, Djohan Effendi, H Amidhan, dan yang lainnya. Lalu mereka segera mengadakan pertemuan di markas para tokoh reformasi damai di Jalan Indramayu 14 Jakarta Pusat, yang merupakan rumah dinas Dirjen Pembinaan Lembaga Islam, Departemen Agama, Malik Fadjar. Di sana Cak Nur - panggilan akrab Nurcholish Madjid - menyusun ketentuan-ketentuan yang harus disampaikan kepada pemerintahan baru.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/14/Suharto_resigns.jpg/220px-Suharto_resigns.jpg
Pernyataan pengunduran diri
  • 21 Mei
    • Pukul 01.30 WIB, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien Rais dan cendekiawan Nurcholish Madjid (almarhum) pagi dini hari menyatakan, "Selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat datang pemerintahan baru".
    • Pukul 9.00 WIB, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9.00 WIB. Soeharto kemudian mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat dan meninggalkan halaman Istana Merdeka didampingi ajudannya, Kolonel (Kav) Issantoso dan Kolonel (Pol) Sutanto (kemudian menjadi Kepala Polri). Mercedes hitam yang ditumpanginya tak lagi bernomor polisi B-1, tetapi B 2044 AR.
  • 22 Mei
    • Habibie mengumumkan susunan "Kabinet Reformasi".
    • Letjen Prabowo Subiyanto dicopot dari jabatan Panglima Kostrad.
    • Di Gedung DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung Habibie yang memakai simbol-simbol dan atribut keagamaan dengan mahasiswa yang masih bertahan di Gedung DPR/MPR. Mahasiswa menganggap bahwa Habibie masih tetap bagian dari Rezim Orde Baru. Tentara mengevakuasi mahasiswa dari Gedung DPR/MPR ke Universitas Atma Jaya
  • 10 November 1998
Pada tanggal 10 November 1998, diprakarsai oleh para mahasiswa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta (FKSMJ), ITB Bandung, Universitas Siliwangi, dan empat tokoh reformasi yaitu Abdurrahman Wahid, Amien Rais, Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Megawati Soekarnoputri mengadakan dialog nasional di rumah kediaman Abdurrahman Wahid, Ciganjur, Jakarta Selatan. Dialog itu menghasilkan 8 butir kesepakatan, yaitu sebagai berikut:
  1. Mengupayakan terciptanya persatuan dan kesatuan nasional.
  2. Menegakkan kembali kedaulatan rakyat.
  3. Melaksanakan desentralisasi pemerintahan sesuai dengan otonomi daerah.
  4. Melaksanakan pemilu yang luber dan jurdil guna mengakhiri masa pemerintahan transisi.
  5. Penghapusan Dwifungsi ABRI secara bertahap
  6. Mengusut pelaku KKN dengan diawali pengusutan KKN yang dilakukan oleh Soeharto dan kroninya.
  7. Mendesak seluruh anggota Pam Swakarsa untuk membubarkan diri.
Pengangkatan Habibie sebagai Presiden
Sidang Istimewa MPR yang mengukuhkan Habibie sebagai Presiden, ditentang oleh gelombang demonstrasi dari puluhan ribu mahasiswa dan rakyat di Jakarta dan di kota-kota lain. Gelombang demonstrasi ini memuncak dalam peristiwa Tragedi Semanggi, yang menewaskan 18 orang.
Masa pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie juga melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan berekspresi.
Presiden BJ Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi. Sejumlah tahanan politik dilepaskan. Sri Bintang Pamungkas dan Muchtar Pakpahan dibebaskan, tiga hari setelah Habibie menjabat. Tahanan politik dibebaskan secara bergelombang. Tetapi, Budiman Sudjatmiko dan beberapa petinggi Partai Rakyat Demokratik baru dibebaskan pada era Presiden Abdurrahman Wahid. Setelah Habibie membebaskan tahanan politik, tahanan politik baru muncul. Sejumlah aktivis mahasiswa diadili atas tuduhan menghina pemerintah atau menghina kepala negara. Desakan meminta pertanggungjawaban militer yang terjerat pelanggaran HAM tak bisa dilangsungkan karena kuatnya proteksi politik. Bahkan, sejumlah perwira militer yang oleh Mahkamah Militer Jakarta telah dihukum dan dipecat karena terlibat penculikan, kini telah kembali duduk dalam jabatan struktural.
Beberapa langkah perubahan diambil oleh Habibie, seperti liberalisasi parpol, pemberian kebebasan pers, kebebasan berpendapat, dan pencabutan UU Subversi. Walaupun begitu Habibie juga sempat tergoda meloloskan UU Penanggulangan Keadaan Bahaya, namun urung dilakukan karena besarnya tekanan politik dan kejadian Tragedi Semanggi II yang menewaskan mahasiswa UI, Yun Hap.
Kejadian penting dalam masa pemerintahan Habibie adalah keputusannya untuk mengizinkan Timor Timur untuk mengadakan referendum yang berakhir dengan berpisahnya wilayah tersebut dari Indonesia pada Oktober 1999. Keputusan tersebut terbukti tidak populer di mata masyarakat sehingga hingga kini pun masa pemerintahan Habibie sering dianggap sebagai salah satu masa kelam dalam sejarah Indonesia.
Kesimpulan
Era reformasi ini sangatlah mengancam dikehidupan rakyat kecil pada saat itu. Namun apa dayanya seorang rakyat kecil yang hanya bias mengeluh diantara sesame yang mengalami penderitaan rakyat kecil. Bahan pokok dan bahan pangan maupun sandang melambung tinggi dikarenakan terjadinya inflasi dan krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998.  Walaupun mahasiswa salah satu media paling penting untuk mewakili aspirasi rakyat kecil untuk memprotes penderitaan rakyat kecil. Namun apa dayanya sekumpulan mahasiswa mendapatkan respon yang sangat tidak baik yaitu penolakan yang terjadi saat sidang agenda era reformasi.
Namun mahasiswa tidak tinggal diam pada saat itu, mahasiswa menggelar aksinya secara besar-besaran dari demo, pembakaran pada gedung-gedung, penjarahan barang-barang di pusat pertokoan. Sebagai mahasiswa pada saat itu hanya ingin menyampaikan aspirasi semua suara rakyat yang menderita karena ulah para pejabat. Dan balasannya yaitu yang paling terkejut adalah terjadi aksi saling dorong mendorong, kejar mengejar, aksi tembakan water kenen dari pihak kepolisian beserta jajarannya. Yang telah melukai para unjuk rasa hingga menewaskan beberapa mahasiswa yang terkenal dengan nama tragedi Trisakti dan di Semanggi.
 Banyak mahasiswa, serta rakyat Indonesia hingga pada saat itu melakukan aksi untuk memberhentikan presiden yang menjabat pada tahun 1998 yaitu Soeharto. Dimana pada saat menjabat sebagai presiden mengalami berbagai Pro dan Kontra sehingga mengalami kekacauan yang sangat amat parah terpuruknya system pemerintahan pada saat itu. Hingga beberapa kesepakatan kebersamaan dalam keputusan bersama pihak DPR/MPR serta jajaranya mengambil keputusan tepat untuk mengganti posisi pemerintahan jatuh ditangan BJ Habibie.
Namun hingga saat itu sebenarnya dengan keputusan yang mantang-mantang presiden Soeharto menggundurkan dirinya dari jabatan pemerintah yang dijabatnya hingga memutuskan untuk meninggalkan kekuasaannya. Karena banyak yang menilai sudah tidak pantas lagi di Pemerintahan pada saat itu.
Pendapat saya
 

Jadi Era reformasi pada tahun 1998 ini lah paling menyedihkan sebab banyak dampak negatifnya yang merugikan banyak warga sekitar. Sebab demonstran melakukan aksi nekatnya yaitu penjarahan, aksi bakar bakaran sampe ada korban yang sampe meninggal sebab mahasiswa hanya dengan tangan kosong dalam melakukan demo. Namun apa dayanya para polisi maupun keamanan yang ikut terjun langsung untuk mengamankan aksi demo pun turut dalam aksi yang sangat negative, yaitu dengan mengunakan senjata yang sampai ada terkena dampaknya pada mahasiswa dan warga sekitar.
Aspirasi yang diwakili oleh para mahasiswa. Pada saat itu memang tidak menemukan titik terangnnya sebab para pejabat hanya bertindak  diam. Untuk itu para amahasiswa melanjutkan aksinya secara besar-besaran. Namun para polisi dan jajarannya hanya bias berlaku pasrah dan diam.
Hal yang paling terkejut yaitu saat terjadinya aksi bentrok yang terjadi di semanggi membuat para mahasiswa menjadi korban dan banyak yang luka-luka bahkan meninggal dunia. Sebelumnya juga mrlakukan aksi seperti ini yaitu untuk mengkritik pejabat tinggi yang tidak mau membela rakyat kecil yang menderita pada saat BBM dinaikkan. Namun apa dayanya rakyat kecil hanya diam dan menuruti aturan dari pemerintah.
Pada tahun 2012- sekarang ini juga memiliki banyak cerita yang sangat tidak menyenagkan pada awalnya sebab para pejabat melakuakan tindakan untuk menaikan BBM dengan persentase sangat besar. Pada hari H nya banyak para mahasiswa melakuaka aksi demo secara besar-besaran.
Jadi untuk para pejabat sebaiknya memikirkan banyak pertimbangan yang pasti untuk mengambil keputusan dan langkah yang baik untuk mensejahterakan banyak rakyatnya.

cr : http://oktaermayanti.blogspot.com/2012/04/era-reformasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar