Latar belakang
Krisis finansial Asia yang menyebabkan
ekonomi Indonesia melemah dan
semakin besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan
pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang
dilakukan berbagai organ aksi
mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.
Pemerintahan
Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian
memicu Kerusuhan Mei
1998 sehari setelahnya. Gerakan
mahasiswa pun meluas hampir
diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri,
Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Yang sudah diketahui bahwa persoalan social dan
politik muncul di Indonesia setelah Orde Baru tumbang. Maka dari itu pembaharuan di berbagai bidang
terus diupayakan untuk memulihkan keadaan bangsa ini.
Awal
masa era reformasi yaitu pada massa presiden Soeharto, dimana pada saat itu
sangat kacau, sebabnya pemerintahannya lenser seiringgan dengan memundurkan
diri menjadi presiden pada saat itu. Hal ini berarkibatkan banya
kejadian-kejadian yang sengat menyedihkan sebab semuanya mengalami kerugian
yang amat mendalam pada saat terjadinya reformasi secara besar-besaran yang
terjadi pada tahun 1998.
Krisis ekonomi dan Kerusuhan Mei 1998
- 12 Februari
- Soeharto menunjuk Wiranto, menjadi Panglima Angkatan Bersenjata.
- 5 Maret
- Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional. Mereka diterima Fraksi ABRI
- 15 April
- Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena sepanjang bulan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan berunjuk rasa menuntut dilakukannya reformasi politik
- 2 Mei
- Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang (1998).
- Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak dengan demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi disikapi dengan represif oleh aparat. Di beberapa kampus terjadi bentrokan.
- 4 Mei
- Harga BBM melonjak tajam hingga 71%, disusul tiga hari kerusuhan di Medan dengan korban sedikitnya 6 meninggal.
- 12 Mei
- Tragedi Trisakti, 4 mahasiswa Trisakti terbunuh.
- 13 Mei
*Mal Ratu Luwes di Jl. S. Parman
termasuk salah satu yang dibakar di Solo
- Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta. kerusuhan juga terjadi di kota Solo.
- Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Sebelumnya, dalam pertemuan tatap muka dengan masyarakat Indonesia di Kairo, Soeharto menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
- Etnis Tionghoa mulai eksodus meninggalkan Indonesia.
- 14 Mei
- Demonstrasi terus bertambah besar hampir di semua kota di Indonesia, demonstran mengepung dan menduduki gedung-gedung DPRD di daerah.
- Soeharto, seperti dikutip koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat menginginkan. Ia mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo.
- Kerusuhan di Jakarta berlanjut, ratusan orang meninggal dunia akibat kebakaran yang terjadi selama kerusuhan terjadi.
- 15 Mei
- Selesai mengikuti KTT G-15, tanggal 15 Mei l998, Presiden Soeharto kembali ke tanah air dan mendarat di lapangan Bandar Udara Halim Perdanakusuma di Jakarta, subuh dini hari. Menjelang siang hari, Presiden Soeharto menerima Wakil Presiden B.J. Habibie dan sejumlah pejabat tinggi negara lainnya.
- 17 Mei
- Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya, Abdul Latief melakukan langkah mengejutkan pada Minggu, 17 Mei 1998. Ia mengajukan surat pengunduran diri kepada Presiden Soeharto dengan alasan masalah keluarga, terutama desakan anak-anaknya.
- 18 Mei
- Pukul 15.20 WIB, Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar, Harmoko di Gedung DPR, yang dipenuhi ribuan mahasiswa, dengan suara tegas menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua maupun para Wakil Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana. Harmoko saat itu didampingi seluruh Wakil Ketua DPR, yakni Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur, dan Fatimah Achmad.
- Pukul 21.30 WIB, empat orang menko (Menteri Koordinator) diterima Presiden Soeharto di Cendana untuk melaporkan perkembangan. Mereka juga berniat menggunakan kesempatan itu untuk menyarankan agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan saja, bukan di-reshuffle. Tujuannya, agar mereka yang tidak terpilih lagi dalam kabinet reformasi tidak terlalu "malu". Namun, niat itu tampaknya sudah diketahui oleh Presiden Soeharto. Ia langsung mengatakan, "Urusan kabinet adalah urusan saya." Akibatnya, usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi disampaikan. Pembicaraan beralih pada soal-soal yang berkembang di masyarakat.
- Pukul 23.00 WIB Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mengemukakan, ABRI menganggap pernyataan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan diri itu merupakan sikap dan pendapat individual, meskipun pernyataan itu disampaikan secara kolektif. Wiranto mengusulkan pembentukan "Dewan Reformasi".
- Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ dan Forum Kota memasuki halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR.
Mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR
- 19 Mei
- Pukul 09.00-11.32 WIB, Presiden Soeharto bertemu ulama dan tokoh masyarakat, yakni Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama Abdurrahman Wahid, budayawan Emha Ainun Nadjib, Direktur Yayasan Paramadina Nucholish Madjid, Ketua Majelis Ulama Indonesia Ali Yafie, Prof Malik Fadjar (Muhammadiyah), Guru Besar Hukum Tata Negara dari Universitas Indonesia Yusril Ihza Mahendra, KH Cholil Baidowi (Muslimin Indonesia), Sumarsono (Muhammadiyah), serta Achmad Bagdja dan Ma'ruf Amin dari NU. Dalam pertemuan yang berlangsung selama hampir 2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit) itu para tokoh membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat dan mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur. Soeharto lalu mengajukan pembentukan Komite Reformasi
- 20 Mei
- Amien Rais membatalkan rencana demonstrasi besar-besaran di Monas, setelah 80.000 tentara bersiaga di kawasan Monas.
- 500.000 orang berdemonstrasi di Yogyakarta, termasuk Sultan Hamengkubuwono X. Demonstrasi besar lainnya juga terjadi di Surakarta, Medan, Bandung.
- Pukul 23.20 WIB, Yusril Ihza Mahendra bertemu dengan Amien Rais. Dalam pertemuan itu, Yusril menyampaikan bahwa Soeharto bersedia mundur dari jabatannya. kata-kata yang disampaikan oleh Yusril itu, "The old man most probably has resigned". Yusril juga menginformasikan bahwa pengumumannya akan dilakukan Soeharto 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB. Kabar itu lalu disampaikan juga kepada Nurcholish Madjid, Emha Ainun Najib, Utomo Danandjaya, Syafii Ma'arif, Djohan Effendi, H Amidhan, dan yang lainnya. Lalu mereka segera mengadakan pertemuan di markas para tokoh reformasi damai di Jalan Indramayu 14 Jakarta Pusat, yang merupakan rumah dinas Dirjen Pembinaan Lembaga Islam, Departemen Agama, Malik Fadjar. Di sana Cak Nur - panggilan akrab Nurcholish Madjid - menyusun ketentuan-ketentuan yang harus disampaikan kepada pemerintahan baru.
Pernyataan
pengunduran diri
- 21 Mei
- Pukul 01.30 WIB, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien Rais dan cendekiawan Nurcholish Madjid (almarhum) pagi dini hari menyatakan, "Selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat datang pemerintahan baru".
- Pukul 9.00 WIB, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9.00 WIB. Soeharto kemudian mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat dan meninggalkan halaman Istana Merdeka didampingi ajudannya, Kolonel (Kav) Issantoso dan Kolonel (Pol) Sutanto (kemudian menjadi Kepala Polri). Mercedes hitam yang ditumpanginya tak lagi bernomor polisi B-1, tetapi B 2044 AR.
- 22 Mei
- Habibie mengumumkan susunan "Kabinet Reformasi".
- Letjen Prabowo Subiyanto dicopot dari jabatan Panglima Kostrad.
- Di Gedung DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung Habibie yang memakai simbol-simbol dan atribut keagamaan dengan mahasiswa yang masih bertahan di Gedung DPR/MPR. Mahasiswa menganggap bahwa Habibie masih tetap bagian dari Rezim Orde Baru. Tentara mengevakuasi mahasiswa dari Gedung DPR/MPR ke Universitas Atma Jaya
- 10 November 1998
Pada tanggal 10 November
1998, diprakarsai oleh para mahasiswa yang tergabung dalam Forum
Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta (FKSMJ), ITB Bandung, Universitas Siliwangi, dan empat tokoh
reformasi yaitu Abdurrahman Wahid, Amien Rais, Sri Sultan
Hamengkubuwono X dan Megawati
Soekarnoputri mengadakan dialog nasional di rumah kediaman Abdurrahman Wahid, Ciganjur, Jakarta Selatan. Dialog itu
menghasilkan 8 butir kesepakatan, yaitu sebagai berikut:
- Mengupayakan terciptanya persatuan dan kesatuan nasional.
- Menegakkan kembali kedaulatan rakyat.
- Melaksanakan desentralisasi pemerintahan sesuai dengan otonomi daerah.
- Melaksanakan pemilu yang luber dan jurdil guna mengakhiri masa pemerintahan transisi.
- Penghapusan Dwifungsi ABRI secara bertahap
- Mengusut pelaku KKN dengan diawali pengusutan KKN yang dilakukan oleh Soeharto dan kroninya.
- Mendesak seluruh anggota Pam Swakarsa untuk membubarkan diri.
Pengangkatan Habibie sebagai Presiden
Sidang Istimewa MPR yang
mengukuhkan Habibie sebagai Presiden, ditentang oleh gelombang demonstrasi dari
puluhan ribu mahasiswa dan rakyat di Jakarta dan di kota-kota lain. Gelombang
demonstrasi ini memuncak dalam peristiwa Tragedi Semanggi, yang menewaskan
18 orang.
Masa pemerintahan Habibie
ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter
Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain
itu, Habibie juga melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan
berekspresi.
Presiden BJ Habibie
mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi. Sejumlah tahanan politik
dilepaskan. Sri
Bintang Pamungkas dan Muchtar
Pakpahan dibebaskan, tiga hari setelah Habibie menjabat. Tahanan
politik dibebaskan secara bergelombang. Tetapi, Budiman Sudjatmiko dan beberapa
petinggi Partai Rakyat
Demokratik baru dibebaskan pada era Presiden Abdurrahman Wahid.
Setelah Habibie membebaskan tahanan politik, tahanan politik baru muncul.
Sejumlah aktivis mahasiswa diadili atas tuduhan menghina pemerintah atau
menghina kepala negara. Desakan meminta pertanggungjawaban militer yang
terjerat pelanggaran HAM tak bisa dilangsungkan karena kuatnya proteksi
politik. Bahkan, sejumlah perwira militer yang oleh Mahkamah
Militer Jakarta telah dihukum dan dipecat karena terlibat
penculikan, kini telah kembali duduk dalam jabatan struktural.
Beberapa langkah
perubahan diambil oleh Habibie, seperti liberalisasi parpol, pemberian
kebebasan pers, kebebasan berpendapat, dan pencabutan UU Subversi. Walaupun
begitu Habibie juga sempat tergoda meloloskan UU Penanggulangan Keadaan Bahaya, namun urung
dilakukan karena besarnya tekanan politik dan kejadian Tragedi Semanggi II yang
menewaskan mahasiswa UI, Yun
Hap.
Kejadian penting dalam
masa pemerintahan Habibie adalah keputusannya untuk mengizinkan Timor Timur untuk mengadakan referendum yang berakhir dengan berpisahnya wilayah tersebut dari Indonesia pada Oktober 1999. Keputusan tersebut
terbukti tidak populer di mata masyarakat sehingga hingga kini pun masa
pemerintahan Habibie sering dianggap sebagai salah satu masa kelam dalam sejarah Indonesia.
Kesimpulan
Era
reformasi ini sangatlah mengancam dikehidupan rakyat kecil pada saat itu. Namun
apa dayanya seorang rakyat kecil yang hanya bias mengeluh diantara sesame yang
mengalami penderitaan rakyat kecil. Bahan pokok dan bahan pangan maupun sandang
melambung tinggi dikarenakan terjadinya inflasi dan krisis moneter yang terjadi
pada tahun 1998. Walaupun mahasiswa
salah satu media paling penting untuk mewakili aspirasi rakyat kecil untuk
memprotes penderitaan rakyat kecil. Namun apa dayanya sekumpulan mahasiswa
mendapatkan respon yang sangat tidak baik yaitu penolakan yang terjadi saat sidang
agenda era reformasi.
Namun
mahasiswa tidak tinggal diam pada saat itu, mahasiswa menggelar aksinya secara
besar-besaran dari demo, pembakaran pada gedung-gedung, penjarahan
barang-barang di pusat pertokoan. Sebagai mahasiswa pada saat itu hanya ingin
menyampaikan aspirasi semua suara rakyat yang menderita karena ulah para
pejabat. Dan balasannya yaitu yang paling terkejut adalah terjadi aksi saling
dorong mendorong, kejar mengejar, aksi tembakan water kenen dari pihak
kepolisian beserta jajarannya. Yang telah melukai para unjuk rasa hingga
menewaskan beberapa mahasiswa yang terkenal dengan nama tragedi Trisakti dan di
Semanggi.
Banyak mahasiswa, serta rakyat Indonesia
hingga pada saat itu melakukan aksi untuk memberhentikan presiden yang menjabat
pada tahun 1998 yaitu Soeharto. Dimana pada saat menjabat sebagai presiden
mengalami berbagai Pro dan Kontra sehingga mengalami kekacauan yang sangat amat
parah terpuruknya system pemerintahan pada saat itu. Hingga beberapa
kesepakatan kebersamaan dalam keputusan bersama pihak DPR/MPR serta jajaranya
mengambil keputusan tepat untuk mengganti posisi pemerintahan jatuh ditangan BJ
Habibie.
Namun
hingga saat itu sebenarnya dengan keputusan yang mantang-mantang presiden
Soeharto menggundurkan dirinya dari jabatan pemerintah yang dijabatnya hingga
memutuskan untuk meninggalkan kekuasaannya. Karena banyak yang menilai sudah
tidak pantas lagi di Pemerintahan pada saat itu.
Pendapat saya
Jadi Era reformasi
pada tahun 1998 ini lah paling menyedihkan sebab banyak dampak negatifnya yang
merugikan banyak warga sekitar. Sebab demonstran melakukan aksi nekatnya yaitu
penjarahan, aksi bakar bakaran sampe ada korban yang sampe meninggal sebab
mahasiswa hanya dengan tangan kosong dalam melakukan demo. Namun apa dayanya
para polisi maupun keamanan yang ikut terjun langsung untuk mengamankan aksi
demo pun turut dalam aksi yang sangat negative, yaitu dengan mengunakan senjata
yang sampai ada terkena dampaknya pada mahasiswa dan warga sekitar.
Aspirasi yang diwakili
oleh para mahasiswa. Pada saat itu memang tidak menemukan titik terangnnya
sebab para pejabat hanya bertindak diam.
Untuk itu para amahasiswa melanjutkan aksinya secara besar-besaran. Namun para
polisi dan jajarannya hanya bias berlaku pasrah dan diam.
Hal yang paling
terkejut yaitu saat terjadinya aksi bentrok yang terjadi di semanggi membuat
para mahasiswa menjadi korban dan banyak yang luka-luka bahkan meninggal dunia.
Sebelumnya juga mrlakukan aksi seperti ini yaitu untuk mengkritik pejabat
tinggi yang tidak mau membela rakyat kecil yang menderita pada saat BBM
dinaikkan. Namun apa dayanya rakyat kecil hanya diam dan menuruti aturan dari
pemerintah.
Pada tahun 2012-
sekarang ini juga memiliki banyak cerita yang sangat tidak menyenagkan pada
awalnya sebab para pejabat melakuakan tindakan untuk menaikan BBM dengan
persentase sangat besar. Pada hari H nya banyak para mahasiswa melakuaka aksi
demo secara besar-besaran.
Jadi untuk para
pejabat sebaiknya memikirkan banyak pertimbangan yang pasti untuk mengambil
keputusan dan langkah yang baik untuk mensejahterakan banyak rakyatnya.
cr : http://oktaermayanti.blogspot.com/2012/04/era-reformasi.html
cr : http://oktaermayanti.blogspot.com/2012/04/era-reformasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar